Pengalaman di Kelas Literasi (2018)

Setelah mengikuti Kelas Menulis Fiksi-nya Kak Eka Wardhana, Bu Ria dan teman-teman lain - Almira, Kak Rindu, Kak Najma, Kak Nayya, Ayu, Hafidz, dan Ilyasa -, perjalananku belum selesai, bahkan masih panjang. Aku masih harus ikut berbagai pelatihan menulis fiksi yang lain.
.

.

.
Setelah ikut pelatihan Menulis Fiksi dengan Kak Eka dan Bu Ria, aku masih lanjut ke Kelas Literasi Anak Depok. Sejujurnya aku tidak begitu menyukai kelas literasi ini karena disini terlalu banyak yang ikut, sehingga sulit untuk mulai berbaur. Dan tentu saja, aku hanya terdiam jika tidak diajak bicara sepanjang pelatihan.
Selain itu, menurutku penjelasan tentang fiksi di Kelas Literasi Anak Depok belum menyeluruh, dan tidak selengkap penjelasan dari Kak Eka - mulai dari jenis-jenis starting, jenis-jenis konflik, dan darimana saja datangnya ide; pengalaman,khayalan dan intuisi atau ide yang datang tiba-tiba. Dan lagi tugas yang berisi cerita-cerita fantasi, membuat aku merasa menjadi kembali ke dunia TK. Bukannya aku tidak menyukai cerita fantasi, tapi aku lebih menyukai cerita bergenre campuran dari fantasi + action + thriller.
Meskipun begitu, aku menikmati kegiatan-kegiatan di Kelas Literasi Anak Depok. Mulai dari kegiatan membuat cerita dari film singkat dengan berkelompok, dan membuat cerita dari judul-judul yang telah ditentukan. Kenapa aku menikmatinya? Tentu saja karena aku sangat cinta menulis.
[Ciee, kapan nih nembaknya?]
{Enyah kau.}
Menulis adalah duniaku. Menulis adalah kegiatan paling melegakan, karena dengan menulis aku bisa mencurahkan segala yang ada di pikiranku. Seperti curhat dengan dengan layar laptop, bersahabat dengan keyboard. Rasanya seperti pergi ke dunia menulis sebentar, kemudian kembali lagi ke dunia nyata saat selesai menulis. Dan setelah menulis, aku benar-benar lega. Semuanya sudah tercurahkan, dan dengan itu aku akan benar-benar merasa lega.
Dan satu lagi, kenapa aku menikmati kelas pelatihan ini. Itu karena aku selalu menemukan ide dimana pun. Aku selalu pergi kemana pun aku bisa menemukan intuisi, dan disana aku akan menggali intuisi, dimana pun Yang Mulia Intuisi berada.
[Lebayy]
{Ha, bisanya komentar doang. Saya panggilin Jayden mau?}
Dan begitulah, mengapa aku sangat cinta menulis. Dan di saat menulis, aku paling mengandalkan Yang Mulia Intuisi. Kenapa? Karena ide itu berasal dari 3 pihak, yaitu: Pengalaman, Khayalan, dan Intuisi. Aku jarang menggunakan pengalaman saat akan menulis, karena menurutku itu akan menjadi mirip dengan cerita non-fiksi, dan aku tidak menyukai cerita non-fiksi. Jika aku mengandalkan khayalan, kurasa khayalanku masih terlalu dangkal. Jadi, aku pun mengandalkan si.. Yang Mulia Intuisi.
Tapi tentu saja, intuisi tidak bisa datang begitu saja. Butuh proses untuk bisa menemukan intuisi.
Dan begitulah, bagaimana aku bisa melewati Kelas Literasi Anak Depok walaupun aku tidak terlalu menyukainya.
Cukup sekian, thanks so much!
Bye!!!
.

.

.
PENGUMUMAN!! PENGUMUMAN!! Harap untuk para pembaca untuk tidak bubar dulu karena ada pengumuman CPNS- eh, salah! Maksudnya pengumuman PENTING lah pokoknya! Hayo, ngumpul sini!
Nah, jadi, pertama saya benar-benar memohon maaf kepada para pembaca semua.. karena sepertinya cerita Sahabat Sehidup Semati 2 ditamatkan dulu.. kenapa? Karena saya rasa saya ini masih sangat awam perihal Mesir..
Yang pertama, di Mesir tuh ga ada salju! Adanya paling hujan es lah, air lah. Lah ini salju?! Kejauhan mikirnya coy!
Kedua, kok dari Nasr City ke Universitas Al-Azhar naik metro, sedangkan Universitas Al-Azhar itu di Nasr City sendiri?! Haduh, dasar penulis kaweh kurang info! Kudet!!
Terus, cerita Harta Karun Cinta apalah itu kapan rilisnya?

Aiy, Jayden gans unch unch unch~~
Ya udahlah ya, bubye!!!
Jangan kangen saia loh ya wkwk (ditabok komentator)

Komentar

  1. You already goes to the moon girl.. Congrate..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks so much Kak Galuh..😊😊 Your lessons are very valuable for me.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dancing In The Rain - Review (2018)

About “Between Us” (2020)

My Hero Mom (2016)